10 October 2008

Momentum Ketuhanan - 3

GERAK KEPATUHAN, ASLAMNA…

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya menjawab: "Kami datang dengan suka hati". (Fushshilat 11).

Wajah Sang Meliputi itu lalu melepas Sabda dan Kehendak-Nya: “KUN (jadilah)… langit…!!, KUN (jadilah)… bumi…!!!”. Dan…, guncangan kalimat KUN itu telah merekahkan biji kehidupan alam semesta ini dengan kekuatan yang maha dahsyat dan tak terperikan. Lalu…, FAYAKUN (maka jadilah)…!!. Lalu berproseslah gumpalan “ASAP”, substansi yang TIADA arti dan tiada harganya sama sekali itu, menjadi langit dan bumi. Karena memang asap itu DATANG MENGHADAP dengan suka cita dan tergopoh-gopoh untuk kemudian BERSEDIA di mplek-mplek, diatur, disusun, dituntun, digerakkan, bahkan kalau perlu dihancurkan disana-sini lalu dibangun kembali menjadi bentuk-bentuk yang lebih sempurna oleh Sang Pemilik KUN. Yaa…, kepatuhan total tanpa reserve segumpal asap yang BERSEDIA untuk menjadi objek Tuhan, tempat Tuhan menorehkan kreasi-Nya yang tanpa batas.

“Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui”. (Fushshilat 12).

Lalu sabda itu berlanjut bercabang dan bercabang tanpa henti: “Kun… bintang-bintang…!, Kun… matahari…!!!, Kun bulan… Kun……!!!”. Lalu FAYAKUN…!. Satu persatu mereka datang menyerahkan dirinya untuk bersedia dituntun dan diberi peran dengan sangat tepat oleh Sang Pemilik KUN.

Lalu Sang Pesabda meneruskan sabda-Nya:

“Wahai matahari, wahai bintang-bintang…, KUN…!. Aku-lah Yang Aku ini Sang Pemberi Cahaya bagi sebuah kegelapan total yang maha panjang. Datanglah kalian kepada-Ku wahai matahari dan bintang-bintang. Datanglah kepada-Ku untuk Ku-jadikan kalian semua sebagai KURIR-KU dalam menyampaikan cahaya-Ku bagi terlaksananya sebuah rangkaian kehidupan yang akan Aku anyam. Janganlah kalian khawatir. Aku-lah yang akan memberimu cahaya. Cahaya-Ku tidak akan pernah padam selamanya. Karena memang Aku-lah Sang Nurun ‘alan Nur, Cahaya diatas cahaya. Tegasnya…, Aku-lah Sumber dari segala cahaya. Tugas kalian wahai matahari dan bintang-bintang hanyalah untuk menyampaikan Cahaya-Ku kepada kegelapan, sehingga gelap itu berubah menjadi terang dan benderang. Dari-Ku cahaya itu. Kalian hanyalah sebatas meneruskan cahaya-Ku saja sekedar yang dibutuhkan oleh kehidupan makhluk-makhluk-Ku nantinya. Kemudian…, Aku pulalah yang akan memegang kalian agar kalian tidak bertabrakan satu sama lainnya. Ku-tentukan garis edar buat kalian semua agar kalian tidak usah bersusah-susah mengatur-atur diri lagi. Kalian hanya tinggal bersandar saja kepada-Ku, kepada Gerak-Ku. Selanjutnya Aku-lah yang akan sibuk. Karena memang Aku-lah Sang Maha Sibuk untuk mengatur segenap ciptaan-Ku. Rela sajalah kalian kepada-Ku…!”.

Lalu mataharipun tersenyum diufuknya, dan dengan sukarela serta sukacita pula, membiarkan dirinya dialiri oleh gerak milik Tuhan, cahaya milik Tuhan untuk kemudian meneruskan cahaya dan gerak itu buat menyinari bumi dengan segala isinya bagian perbagian. Habis gelap terbitlah terang…!.

Lalu Allahpun memegang matahari dan bumi sedemikian rupa sehingga sedikit sekali kemungkinan bagi satu sisi bumi untuk menjadi gosong, terpanggang oleh teriknya cahaya sinar matahari yang membakar, dan sedikit pula kemungkinan untuk bumi itu beku serta gelap total disisi yang lainnya. Cukup matahari sajalah yang gosong membara dialiri oleh aliran cahaya milik Tuhan. Sedangkan bumi memang tengah bersiap-siap pula menunggu sabda Tuhan untuk menjalani destiny-nya sendiri. Karena memang Allah tengah menyiapkan sang bumi untuk menjadi sebuah tempat yang cocok untuk ditempati oleh duta istimewa-Nya yang akan Dia “pamerkan” kepada para mailaikat-Nya sebentar lagi.

Untuk menyiapkan lahan bagi sang duta istimewa menjalankan tugas menganyam peradaban yang memang akan di bebankan pula kepada sang duta tersebut, maka sang bumi haruslah disuburkan-Nya, makanan haruslah di hamparkan-Nya, minuman haruslah dikucurkan-Nya. Karena Allah memang sudah menjamin bahwa Dia-lah yang akan sibuk mencukupi segala sesuatu yang akan menjadi bekal bagi sang duta istimewa menjalankan tugas sucinya.

Lalu sang Wajah Tunggal Yang Maha Meliputi melanjutkan titah Kun-Nya kepada angin agar segera bersedia pula menyerahkan diri dengan sukarela untuk menjadi kurir-Nya dalam menebarkan butiran-butiran air kepelosok-pelosok tanah dan bebatuan. Airpun, nggak mau kalah, dengan sigap sang air datang pula menyerahkan diri kepada Sang Penitah dengan sukarela untuk menjalankan tugas sebagai kurir-Nya mengantarkan aliran rahmat-Nya bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai tanaman, buah-buahan, sayuran, dan berjenis-jenis bebungaan….!!.

Bersambung (sumber: milis patrapmania)

No comments: