10 October 2008

MOMENTUM KETUHANAN - 8

MASA PEMBELAJARAN…
Demikianlah, Adam dan istrinya mulai mengumpulkan bahan dasar peradaban untuk dianyamnya sedikit demi sedikit. Allah pun ternyata tidak menggeletakkan Adam begitu saja. Dengan lancar otak, dada, dan sulbi Adam dialiri oleh Tuhan dengan DAYA-DAYA dari-Nya. Dada Adam dialiri tanpa henti oleh Kehendak Tuhan untuk menciptakan peradaban dan keturunan. Otak Adam tanpa henti dialiri oleh kreasi-kreasi, rencana-rencana, dan pola-pola untuk mewujudkan kehendak dalam membangun peradaban itu. Sulbi Adam pun dengan tanpa henti dialiri oleh daya-daya dalam mewujudkan kehendak pengembangbiakan keturunan umat manusia.
Begitulah…, sejak itu Adam dan istrinya berikut dengan keturunannya nantinya akan selalu berada dalam liputan kesibukan Allah. Sebuah Momentum Ketuhanan telah lepas bergerak terus dan terus untuk membentuk peradaban manusia melintasi zaman demi zaman. Adam mulai menjalani hari-harinya untuk merenda ilmu, memintal budaya, meretas keturunan dengan bersandar kepada kesibukan Tuhan.
Dalam menjalankan tugasnya itu, Adam ternyata masih menyimpan kerinduan yang amat dalam terhadap suasana kehidupan syurgawi yang pernah Beliau jalani sebelum mandat sebagai khalifah di muka bumi ini diterima Beliau. Sebuah penyesalan dan sekaligus kerinduan yang amat sangat dalam. Penyesalan atas pertemanan Beliau dengan Iblis, dan kerinduan Beliau akan sungai-sungai, buah-buahan, dan harumnya bunga syurgawi yang suasananya pernah Beliau nikmati pada awal-awal penggemblengan Beliau.
Harapan Beliau seakan terjawab. Beliau dialiri kesadaran (insigth, enlightment, burhan) tentang sebab musabab keberhasilan malaikat mendapatkan posisi kepatuhan kepada Allah disatu sisi dan kegagalan iblis untuk masuk kewilayah ketundukan kepada Allah disisi yang lainnya. Bahwa hanya dengan sebab rahmat dan karunia Allah yang mengalir kedalam lubuk kesadaran malaikatlah yang menyelamatkan malaikat bisa lepas dari keangkuhan dan kesombongan kepada Allah ketika itu. Dan hanya dengan sebab aliran daya kesombongan dan keangkuhan dari Tuhan yang menyentuh Iblis pulalah yang membuat iblis tersebut tidak mampu untuk meruntuhkan lambaian nikmat pengakuan, keangkuhan dan kesombongan itu, sehingga kesombongan dan keangkuhan itu pulalah nantinya yang akan menyebabkan Iblis diusir oleh Allah dari sisi-Nya.
Benar…., malaikat dan Iblis nampaknya memang tengah dijadikan oleh Allah sebagai tanda atau ayat-ayat Allah bagi Adam dan keturunannya kelak untuk memahami tentang adanya suasana kebaikan, kepatuhan, ketundukan yang diwakili olah malaikat disatu sisi, serta keburukan, kesombongan, dan keingkaran yang diwakili oleh Iblis disisi yang lainnya.
Ya…, Adam berhasil meretas kilas balik fase-fase dialog keheranan Malaikat dan keangkuhan Iblis atas proses penciptaan diri Beliau sendiri sebagai bahan untuk bisa keluar dari penyesalan panjang atas pernahnya Beliau bersama-sama dengan Iblis berada dalam posisi ketidakpatuhan kepada Allah.
Untuk itu…, Beliau lalu berusaha berada dalam posisi mengharap agar Allah masih mau menerima dan memaafkan rasa bersalah Beliau yang begitu kental menggumpal didalam dada Beliau. Moga-moga saja Allah bisa menyambut rasa penyesalan Beliau itu seperti halnya juga Allah telah berkenan menerima penyesalan Malaikat yang pernah pula hampir jatuh terpuruk kewilayah ketidakpatuhan kepada Allah. Beliau berusaha mengarahkan kembali kesadaran Beliau kepada Allah (TAUBAT) dalam bentuk DO’A dan ASA :
“ …Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi". (Al A’raf 23).
“Kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (Al Baqarah 37)
“Kami berfirman: "Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati". (Al Baqarah 38)
“Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al Baqarah 39).
Ternyata rintihan ‘asa’ Adam bak gayung bersambut. “Ujiibu da’wata da’i idza da’aani…”, Aku akan respons permintaan-permintaanmu itu wahai Adam…, Karena memang Aku lah Sang Penerima Taubat itu, karena Aku memanglah Sang Maha Penyayang kepada mu…!”.
Lalu Adam dengan merunduk-runduk dan hati-hati sekali memasuki “RUMAH” yang penuh dengan petunjuk Tuhan. Dan ternyata di wilayah atau di rumah itu memang tidak ada lagi kekhawatiran dan tidak ada pula kesedihan hati sedikitpun. Semua sedih dan khawatir yang sudah mendera Adam begitu lama, seperti sirna disapu habis oleh limpahan cahaya Tuhan yang memang penuh dengan Rahmat. Adam lalu bermandikan cahaya Tuhan, sehingga Adam bisa kembali merasakan suasana syurgawi di BUMI ini, ditanah harapan yang memang telah disiapkan untuk Beliau dan anak cucu Beliau dalam menjalankan tugas kedutaan Beliau dari dan atas nama Tuhan. Suasana syurgawi baru yang didapatkan oleh Adam ini dalam istilah Al qur’an dinamakan sebagai suasana “FID DUNYA HASANAH, SYORGA DUNIA…”, yang padanannya adalah “FIL AKHIRATI HASANAH, SYORGA AKHIRAT…!. YA… sama-sama syorga saja sebenarnya.
Dan…, dari dalam ‘rumah yang penuh petunjuk itu’, Adam lalu dengan sangat leluasa bisa memandang keluar ke sekeliling rumah itu yang ternyata penuh dengan ‘pergolakan suasana’. Sebuah suasana yang tidak menentu yang dalam istilah agamanya disebut juga dengan suasana tersiksa, suasana di dalam neraka…, tidak hanya di dunia ini, akan tetapi juga neraka di akhirat.
Bersambung (sumber: milis patrapmania)

No comments: