10 October 2008

Momentum Ketuhanan - 6

MENGANTAR SANG DUTA ISTIMEWA…

Bumi sudah disiapkan sebagai tempat bagi sang duta istimewa untuk menjalankan tugasnya dalam menganyam peradaban. Sang duta istimewapun telah dilengkapi dengan segala fasilitas yang dibutuhkannya dalam menjalankan tugasnya. “Ada RUH-KU yang memperkuatmu wahai Adam (…wa ayyadahum bi-RUH-him minhu…!(al mujadilah 22))”, Sang Wajah Meliputi menghibur Adam.

Lalu untuk mengantar sang duta istimewa ketempat tugasnya yang baru, yaitu bumi yang telah dihamparkan dan difasilitasi Allah dengan segala sesuatu yang dibutuhkan sang duta istimewa dalam menjalankan tugasnya, maka Allah telah menyiapkan sebuah prosesi yang sangat UNIK pula. Dan didalam prosesi pengangkatan dan pengantaran Adam, sang duta istimewa, ke muka bumi itu haruslah terkandung “pengajaran dasar” yang sangat amat berharga bagi Adam sendiri dan keturunannya kelak dalam menjalankan tugasnya. Karena di tempat tugas barunya itu, Adam akan dihadapkan pada kenyataan, paling tidak, tentang adanya suasana kepatuhan maupun ketidakpatuhan, suasana baik maupun buruk, dan suasana dituntun maupun dibiarkan lepas liar tak terkendali.

Semua pasangan kejadian atau suasana itu tak lain dan tak bukan adalah sebagai tanda akan adanya Allah. “Aku lah Sang Pembuka dada untuk menerima Islam, dan Aku pulalah Sang Pembuka dada untuk menerima kekafiran…!!, sabda Sang Pemberi Hidayah dengan sangat tegas.

“Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. ( Az Zumar 22)”

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman, akan tetapi orang yang melapangkan (dibukakan) dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (An Nahal 106)”.

“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Al An’am 125)”.

Oleh sebab itu di dalam prosesi itu haruslah terkandung suasana kepatuhan dan ketidakpatuhan itu sekaligus, tentunya lengkap pula dengan segala konsekwensi logisnya. Sehingga diharapkan dari prosesi pengantaran nenek moyang mereka ini ke tempat tugasnya, mereka bisa mengambil pelajaran.

Untuk itu Sang Wajah Maha Meliputi menyapa pula ciptaan-Nya yang lain, yaitu iblis, dengan sabda-Nya: KUN IBLIS…!. Jalanilah destiny kalian sebagai tempat-Ku menumpahkan kemurkaan dan penyesatan-Ku…!!!”. Lalu Sang Iblis dibuatkan COVER (tutup) oleh Allah terhadap pandangannya.

Diantara sekian malaikat yang sujud kepada Adam, maka ternyata ada pula yang tidak sujud. Iblis…!. Ya…, iblis ternyata telah mulai menjalani destiny-nya sebagai makhluk yang disesatkan oleh Allah. Setiap dia memandang kepada Adam, maka yang nampak olehnya hanyalah esensi saripati tanah yang membentuk Adam. Setiap diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam, maka ketika itu pula pandangannya ter-cover untuk menyadari bahwa ada RUH-Tuhan yang meliputi Adam. Iblis ternyata telah dibuat Allah untuk tidak mampu menafikan wujud Adam yang esensinya hanyalah dari saripati tanah itu. Sehingga secara otomatis pula si iblis dihalangi oleh wujud Adam itu untuk memandang adanya RUH-Tuhan yang menguatkan Adam. Iblis telah menjadi, atau tepatnya dijadikan Allah sebagai makhluk yang KAFIR, TERCOVER.

Apalagi saat si Iblis memadang dirinya yang dari api, maka semakin kuatlah keter-cover-annya itu. “Masak sih saya harus sujud kepada tanah.. Bukankah aku lebih baik dari Adam, karena aku terbuat dari api… wahai Tuhan-Ku…?. Saya tidak mau sujud sampai kapanpun kepada Adam…!!.”, protes si iblis dengan sangat angkuhnya.

Sabda Allah lalu menghampiri Iblis yang sedang dialiri oleh rasa kesombongan, rasa keakuannya: "Turunlah kamu dari syurga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina (al A’raf 13)". Karena memang syurga adalah wilayah tempat dimana yang ada hanyalah semata-mata kepatuhan. Maka yang tidak patuh haruslah enyah dari dalamnya, karena wilayah untuk ketidakpatuhan tempatnya juga sudah disediakan Allah, yaitu neraka jahanam.

Demikianlah…, sejak Iblis menyuarakan angkuhannya itu, maka lengkap sudah pengajaran yang dipetik oleh Adam. Sehingga dengan berbekal pengajaran itu mudah-mudahan saja Adam, sang duta istimewa, bisa menjalankan tugasnya sesuai dengan mandat yang dia terima dari Allah.

Sementara Adam, sang duta istimewa pembangun peradaban nantinya, tengah bergelimang dengan suasana syurgawinya, iblis pun berhasil pula mendapatkan mandatnya sebagai duta untuk menyesatkan Adam dan keturunannya nanti. Iblis mendapatkan mandatnya itu karena memang dia memintanya langsung kepada Allah. Dan Allah memberinya mandat untuk menyesatkan umat manusia itu sampai hari kiamat nantinya.

Dalam suasana kegalauan yang amat sangat akibat mandat untuk penyesatan umat manusia itu, iblis masih sempat menyadari bahwa ternyata ada umat manusia yang tidak dapat digoda dan disesatkannya. “Saya tidak sanggup menggoda hamba-hambamu yang Engkau buat ikhlas (muhklashin) ya Allah…”, ungkap sang iblis dengan terus terang dan tanpa ditutup-tutupi sediki tpun. Karena memang orang-orang yang dibuat ikhlas oleh Allah itu tempatnya adalah di wilayah kepatuhan, di wilayah KETIADAAN. Sedangkan iblis sudah bertekad bulat untuk TIDAK masuk ke wilayah kepatuhan itu. Begitu juga iblis tidak akan pernah bisa melepaskan keangkuhannya, keberadaan akunya. Iblis masih merasa ada. Lalu kalau begitu, bagaimana dia akan mampu untuk menggoda hamba-hamba Tuhan yang sudah TIADA, FANA. Apanya yang mau digoda wong hamba Tuhan yang dibuat ikhlas itu sudah TIADA.

Selesai Momentum Ketuhanan Bagian Pertama
(sumber: milis patrapmania)

1 comment:

Hamiudin said...

cakep2 anakmu belae ! Ko di Bogor manakah ? sy kemarin 4 tahun di Bogor di Rumpin, di STPP jurusan kehutanan. Tulisan tentang Muna jg sy ambil dari blognya temanku yg tidak jelas sumbernya. Memang menyalahi etika penulisan, cuma sy pikir ada pesan yg lebih utama tuk disampaikan kepada orang yg belum mengenal Muna,makany sementara sy abaikan. Infomu ini nanti sy akan verifikasi tulisa tsb. Muna jg harus dikenal orang. Kasihan Muna !