10 October 2008

Momentum Ketuhanan - 4

Demikianlah…, berbilang zaman berlalu. Proses penyempurnaan bumi berlangsung tanpa henti untuk dijadikan Tuhan sebagai “tanah harapan baru” bagi sang duta istimewa yang sebentar lagi akan diberikan mandat untuk menjalankan tugasnya. Proses pembentukan rumah peradaban itu berlangsung dengan sangat presisi sekali. Matahari, bumi, angin, dan air menjalani destiny-nya dengan sukarela. Semuanya tidak perlu bersusah payah sedikitpun, karena mereka semata-mata hanya bersandar kepada Gerak dan Daya Kreasi Tuhan.

“Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al ‘araf 57)”

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. . (Al An’am 99)”

Ya…, air yang destiny-nya adalah untuk menebarkan aliran Rahmat Tuhan di muka bumi, ternyata benar-benar telah menjalankan tugasnya dengan sangat sempurna. Tetes-tetes air tersebut mampu membangunkan sebutir benih dari tidur panjangnya untuk menjalani takdirnya setelah sang benih disapa pula oleh sabda Tuhan-Nya:

“Kun… benih..!!!, datanglah kepada-Ku untuk-Ku jadikan kalian sebagai sarana-Ku untuk memberi makanan dan oksigen kepada duta istimewaku yang sebentar lagi akan kusapa pula dengan sabda-Ku. Datanglah dan bersedialah...!!!”.

Lalu sang benih dengan tepat bersandar kepada sabda KUN itu untuk kemudian FAYAKUN…!. Sang benih digerakkan oleh Gerak Penciptaan Tuhan menjadi batang, menjadi ranting, menjadi daun, menjadi bunga, menjadi buah dengan sangat tepat bagian perbagian. Lalu, pada masanya, sang benih yang telah menjulang tinggi menjadi pepohonan itu kemudian menjadi layu kembali, dan mati. TIADA, FANA. Bahkan disela-sela perjalanannya, sang benih yang selalu dihantar oleh gerak penciptaan Tuhan menjadi pepohonan itu masih saja menebarkan aliran rahmat berupa wangi harum dan segarnya oksigen dan sekaligus menyapu bersih carbon dioxida dari udara disekitarnya. Sehingga udara disekitar pepohonan itu, bahkan sampai keujung horizon, menjadi sangat ideal pula untuk nantinya didorong memenuhi paru-paru sang duta istimewa Tuhan yang keberadaannya tengah dipertanyakan oleh para malaikat.

Dan tak lupa pula sabda Tuhan menghampiri berbagai jenis hewan untuk datang dan patuh pula menjalani takdirnya. Ada yang terus menerus, tanpa henti, digerakkan untuk mengurai berbagai makhluk hidup lainnya dan tumbuhan menjadi tanah kembali setelah takdir sang makhlik hidup dan tumbuhan itu berakhir. Ada yang selalu digerakkan untuk menyerahkan hidupnya bagi santapan hewan-hewan lainnya. Sibuk sekali. Silih berganti, mati, hidup, dan tiada. Lalu muncul lagi yang lain untuk kemudian mati kembali.

Sungguh sebuah kesibukan yang amat sangat luar biasa dari Sang Maha Sibuk yang sedang mengatur dan menggerakkan kesemuanya itu dengan sangat teliti dan akurat dan berlangsung terus menerus pula, tanpa terhenti sedetikpun. Walaupun tengah diatur dan digerakkan terus menerus sedemikian rupa, akan tetapi matahari, bintang-bintang, bulan, dan bumi dengan segala isinya itu tidak pernah mengeluh sedikitpun, tidak pernah merasa capek, tidak pernah protes sekecil apapun atas peran yang telah mereka sandang sejak Momentum KUN menyapa mereka. Mereka semuanya memang seperti bersandar saja kepada Sabda KUN itu yang kemudian memutar sebuah Gerak Raksasa dan Kolosal. Satu gerak yang tidak bisa dipecah-pecah dan dibagi-bagi sedikitpun yang memegang dan menggenggam segalanya. Allahu Ahad……!!.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (al Baqarah 164).”

Demikianlah…., sebuah proses penyiapan dan penyempurnaan rumah peradaban di bumi untuk menyambut sang duta istimewa Tuhan telah berlangsung dengan sangat teliti sekali dan memakan waktu yang sangat lama pula. Dan…, hasilnya adalah sebuah maha karya agung yang penuh dengan suasana dan nuansa taman-taman syurgawi. Ada sungai-sungai yang mengalirkan beragam warna air didalamnya. Ada anak rusa yang berlarian ketakutan dikejar oleh sekumpulan serigala. Ada angin yang menghantarkan hujan untuk menegur benih yang tengah tertidur lelap, agar sang benih segera mengeliat dan meniti takdirnya ditengah senyuman hangat sang mentari. Sang benihpun menyambut tarian angin dan hembusan hangat nafas sang matahari itu dengan menjulurkan pucuknya menjulang tinggi menjangkau ujung langit. Tak lupa pula sang benih menyapa penghuni bumi dengan senyuman dan lambaian warna-warni bunga dan buahnya. Indah dan syurgawi sekali…!.

Begitu juga…, sekali-sekali dalam proses “finishing touch” rumah peradaban itu selalu ada gerak penciptaan, ada gerak penghancuran, ada gerak penciptaan kembali, dan seterusnya begitu. Semua diatur secara silih berganti dengan teknik yang sangat kolosal. Cakupan proses penciptaan dan penghancuran itupun bisa menjangkau area ribuan kilometer persegi luasnya, dan dampaknya pun sungguh memiriskan pemandangan dan rasa. Tsunami yang melanda negara-negara di seputar Samudra Hindia diakhir tahun 2004 yang lalu adalah salah satu contoh dari proses penghancuran itu yang terjadi didepan mata kepala kita.

“Semua itu adalah tanda-tanda bahwa ada Aku diatas kesemuanya itu. Akulah Yang mengatur semuanya…,

Aku lah pemilik kesemuanya itu…,

Akulah tempat bersandar segala sesuatu itu…,

Akulah yang menciptakan segala sesuatu,

dan Aku pulalah yang akan menghancurkan segala sesuatunya itu….

Adalah dari-Ku segalanya…, Aku…, Aku…!!”,

sabda Sang Wajah Maha Meliputi itu dengan keangkuhan dan kesombongan yang amat sangat…!!!.

Bersambung (sumber: milis patrapmania)

No comments: