10 October 2008

Momentum Ketuhanan - 9

YANG MENITI SINGASANA…

Dengan demikian lengkap sudah bekal Adam dan keturunan Beliau dalam menjalankan misi sebagai seorang kurir Allah untuk merenda peradaban umat manusia dari zaman ke zaman.

Sebagai bahan bakunya, maka hamparan tumbuhan, hewan dan ratna manikam lainnya seperti tumpah ruah disuplai tanpa henti-hentinya oleh Tuhan. Semuanya tinggal menunggu sabda berikutnya…, KUN…, KUN…, KUN…, Jadilah…, Jadilah…, Jadilah…!. FAYAKUN…, maka jadilah sesuatu itu dalam sebuah proses yang unik pula….!.

Demikian pula…, Adam juga telah dilengkapi dengan alat yang sangat unik untuk mendeteksi suasana yang muncul selama proses menganyam peradaban itu berlangsung. Dari detik ke detik, alat itu memberikan sinyal kepada Adam atas setiap gerak langkah, setiap tarikan nafas, setiap pandangan mata, setiap pendengaran, dan setiap apapun yang Beliau lakukan. Lalu sinyal itu diubah menjadi bentuk SUASANA YANG MENYELIMUTI DADA Adam, suasana syurgawi ataupun suasana neraka, yang memang telah pernah dirasakan oleh Adam diawal-awal masa pembelajaran Beliau.

Bahkan jalan keluar dari suasana tersiksa (seperti berada diwilayah neraka) menuju suasana syurgawi (suasana tidak ada kekhawatiran dan kesedihan sedikitpun) itu juga telah diberi tahu Allah langkah per langkah. Jalan keluar itu adalah dengan masuk kembali ke Rumah Allah yang penuh dengan petunjuk dan pengajaran dari dan oleh Allah sendiri. Rumah tempat persaksian awal kita di hadapan Tuhan: “Alastu bi rabbikum… Bala syahidna…,”

Sungguh Allah telah memberikan fasilitas yang sangat prima bagi Adam dan keturunannya nanti dalam meniti singasana sebagai Duta Istimewa Tuhan di muka bumi ini. Fasilitas yang sungguh sangat sayang kalau disia-siakan dan diterlantarkan begitu saja…!.

IQRAA’ DI RUMAH KUN….!!!.

Di tanah harapan, Adam baru saja keluar dari CELUPAN TUHAN. Dengan mata dan telinga yang masih terbungkus gelimangan cahaya Tuhan, otak yang masih sebening kaca, dan dada yang masih selembut embun pagi, Adampun beranjak menjalankan tugasnya. Adam mulai bisa melihat indahnya tarian kupu-kupu meliuk-liuk disetangkai bunga mawar. Sayup-sayup telinga Adam mulai pula bisa mendengarkan harmoni nyanyian angin yang sahut menyahut tanpa henti. Indah sekali ternyata tanah harapan ini yang memang telah diserahkan Tuhan kepadanya.

Untuk mengiringi langkah Adam memulai destiny-nya, sabda lembut Tuhan secara utuh pun bergema direlung pengertian Adam:

“KUN…Adam…, kau lihatlah, amatilah bumi dan segala isinya ini…!. Ini semua adalah untukmu dan keturunanmu kelak. Kau amati pulalah dirimu sendiri. Tuh lihat…, dirimu butuh pakaian, butuh makanan, butuh rumah, butuh kehangatan, butuh tempat berlindung, butuh kegembiraan. Cobalah amati juga, bukankah pada awalnya kau tidak tahu bagaimana caranya untuk memenuhi seluruh kebutuhanmu itu walaupun bahan dasar untuk itu telah Ku siapkan untukmu berupa bumi dan segala isinya ini”. Lihatlah semua itu wahai Adam, Amatilah….!. Tapi jangan lupa wahai Adam…, dari Ku lah penglihatanmu itu. Aku yang memberimu penglihatan. Dengan penglihatan yang Kuberikan inilah Aku akan memberimu pengajaran langkah demi langkah.

Kau amatilah pepohonan itu bagaimana dia Kubesarkan, Kurantingkan, Kudaunkan, Kubuahkan…, lalu Kumatikan kembali…!. Kau amatilah sungai-sungai itu bagaimana dia Kuisi dengan air yang melimpah ruah, Kubelokkan pula alirannya sekehendak-Ku, lalu Kusatukan aliran sungai sungai itu dilautan yang luas sehingga sungai-sungai itu tidak ada bekasnya lagi dilautan Ku yang luas itu. Kau amati pulalah binatang-binatang itu, semut itu bagaimana dia membuat sarang, mengumpulkan makanan, membela diri, dan berkembang biak.

KUN… Adam…, kau dengarkan pulalah bunyi-bunyian seruling alam semesta ini. Ada lengkingan suara rusa dan serigala yang saling berkejar-kejaran dipadang savana itu. Ada suara lirih jangkrik menyambut dinginnya tangan-tangan malam. Ada kicauan burung menyongsong fajar yang merekahkan bebijian dipagi hari. Semuanya telah Kuatur dalam bentuk musik simphony kehidupan. Dengarlah semua itu wahai Adam, Dengarlah keindahannya….!. Tapi jangan lupa wahai Adam…, dari Ku lah pendengaranmu itu. Aku yang memberimu pendengaran. Dengan pendengaran yang Kuberikan ini pulalah Aku akan mengalirkan segenap ilmu-Ku kepadamu nada demi nada.

Wahai Adam…, cobalah perhatikan semua ciptaan-Ku itu dengan perlahan, dan dengarkan pulalah untaian bebunyian yang mengelilingi ciptaan-Ku itu dengan seksama, karena di segenap ciptaan-Ku itulah pengajaran Ku Kutuliskan dengan sangat detail. Akan tetapi…, walaupun semua itu adalah untukmu, hati-hatilah wahai Adam. Janganlah sekali-kali semua ayat-ayat-Ku, tulisan-tulisan-Ku (QALAM) itu menutupi kesadaranmu terhadap Aku. Tegasnya…, janganlah sampai kau KAFIR terhadap Ku hanya karena kau begitu terpesona dengan QALAM-KU yang memang telah Ku tebarkan disetiap ruang dan waktu”.

Lalu Adampun menyandarkan mata dan telinganya kepada sabda KUN itu. Mata Adam dengan sukarela telah disiapkan untuk bersedia dialiri oleh “rasa melihat”, seperti halnya telinga Adam yang juga rela untuk dialiri oleh “rasa mendengar” yang telah di anugerahkan Tuhan kepadanya. Ya…, Adam tidak harus capek-capek sedikitpun lagi untuk “bisa” melihat dan mendengar QALAM Tuhan yang bertebaran dialam semesta ini maupun didalam tubuhnya sendiri. Karena memang bisanya Adam untuk mendengar dan melihat itu hanya dengan sebab adanya Rahmat dan Karunia dari Tuhan semata.

“Dari-Ku lah semua pendengaran dan penglihatan itu”

tegas sang Maha Melihat dan Maha Mendengar itu tak mau dibantah sedikitpun.


(sumber: milis patrapmania)

No comments: